Cursor

Rabu, 03 Juni 2015

Gangguan Psikologi pada Masa Menopause



BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia antara 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena berkaitan dengan keadaan fisik dan kejiwaannya. Selain perempuan mengalami stress fisik dapat juga mengalami stress psikologi yang mempengaruhi keadaan emosi dalam menghadapi hal normal sebagaimana yang dijalani oleh semua perempuan (Baziad, 2003).
Berat-ringannya perempuan dalam menghadapi menopause dipengaruhi oleh kedewasaan berpikir, faktor sosial ekonomi, budaya, wawasan mengenai menopause dan kematangan mental. Bila seorang perempuan tidak siap mental menghadapi periode klimakterik atau fase menjelang menopause dan lingkungan psikososial tidak memberikan dukungan positif akan berakibat tidak baik (Irawati, 2007).
Akibatnya perempuan itu akan menjadi kurang percaya diri, merasa tidak diperhatikan, tidak dihargai, merasa stress, dan khawatir berkepanjangan tentang perubahan fisiknya. Para perempuan usia lanjut tersebut juga rentan terhadap penyakit degeneratif misalnya osteoporosis, penyakit jantung koroner, kanker, darah tinggi (Kasdu, 2004).
Jika kondisi ini tidak bisa diatasi akan berkembang menjadi stress yang berdampak buruk pada kehidupan sosial perempuan yang akan merangsang otak sehingga dapat mengganggu keseimbangan hormon dan akhirnya berakibat buruk pada kesehatan tubuh (Kasdu, 2004). Perilaku perempuan premenopause dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Diantaranya yaitu pendidikan, sosial ekonomi, dan pekerjaan. Perempuan yang banyak mengalami kekhawatiran berasal dari orang-orang yang berpendidikan tinggi dan perekonomian menengah ke atas. Sindrom menopause dialami oleh banyak perempuan hampir di seluruh dunia, sekitar 70-80% perempuan Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia. Perempuan yang bekerja pun umumnya lebih siap menghadapi masa premenopause daripada yang tidak bekerja. Mungkin hal ini disebabkan mereka yang bekerja terbiasa menghadapi stress. Dengan demikian masa premenopause bagi mereka sama saja menghadapi stress yang memang sering mereka atasi dalam masalah-masalah pekerjaan. Hasil survey menunjukkan bahwa perempuan premenopause tidak bisa menerima premenopause dengan ciri-ciri sulit tidur, gelisah tanpa alasan, sering tersinggung dan tak mudah mengendalikan emosi. Beberapa dampak premenopause yang sering terjadi di masyarakat adalah kecemasan, takut, lekas marah, ingatannya menurun, sulit konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna, mudah tersinggung, stress bahkan depresi.

B.  RUMUSAN MASALAH
1.        Bagaimanakah definisi dari menopause ?
2.        Bagaimanakah aspek fisiologis dari menopause  ?
3.        Bagaimanakah aspek psikologis dari menopause ?
4.        Bagaimanakah mitos-mitos tentang menopause ?
5.        Bagaimanakah periode menopause ?
6.        Bagaimanakah tahap-tahap menopause ?
7.        Bagaimanakah perubahan pada masa menopause ?
8.        Bagaimanakah gangguan psikologis pada masa menopause ?
9.        Bagaimanakah tanda-tanda dan gejala menopause ?
10.    Bagaimanakah mengatasi gangguan emosional pada masa menopause ?




C.  TUJUAN
1.        Untuk mengetahui  definisi dari menopause.
2.        Untuk mengetahui aspek fisiologis dari menopause.
3.        Untuk mengetahui aspek psikologis dari menopause.
4.        Untuk mengetahui mitos-mitos tentang menopause.
5.        Untuk mengetahui periode menopause.
6.        Untuk mengetahui tahap-tahap menopause.
7.        Untuk mengetahui perubahan pada masa menopause .
8.        Untuk mengetahui gangguan psikologis pada masa menopause.
9.        Untuk mengetahui tanda-tanda dan gejala menopause.
10.    Untuk mengetahui mengatasi gangguan emosional pada masa menopause.














BAB II
ISI

A.      Defenisi  Menopause
Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (indung telur). Menopause mulai pada umur yang berbeda umumnya adalah sekitar umur 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an (Prawirohardjo Sarwono, 2003).
Produksi hormon estrogen menurun disebabkan oleh folikel indung telur (kantong indung telur) akan mengalami tingkat kerusakan yang lebih cepat sehingga pasokan folikel akhirnya habis. Percepatan kerusakan folikel ini terjadi pada usia 37 dan 38 tahun. Inhibin (suatu zat yang dihasilkan volikel) yang berkurang sehingga meningkatkan kadar FSH (Folokel Stimulating Hormon) yang dihasilkan oleh hipofisis. Kadar estrogen perempuan akan meningkat pada masa pra menopause.
Kadar tersebut tidak berkurang selama kurang dari satu tahun sebelum periode menstruasi berakhir. Estrogen utama yang dihasilkan dalam tubuh wanita adalah estradiol. Namun selama pra menopause, estrogen yang dihasilkan lebih banyak dari jenis berbeda yaitu estrogen yang dihasilkan didalam indung telur maupun dalam lemak tubuh. Kadar progesteron mulai menurun tajam selama pra menopause.
Meskipun tujuan reproduksi tidak lagi menjadi hal utama di usia ini, peran hormon – hormon tersebut yang berkaitan dengan kesehatan tetap diperlukan. Estrogen dan androgen tetap penting, misalnya untuk mempertahankan tulang yang kuat dan sehat. Selain itu juga bermanfaat untuk mempertahankan jaringan vagina dan saluran kencing yang lentur. Baik estrogen maupun progesteron sama-sama penting untuk mempertahankan lapisan kalogen yang sehat pada kulit.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa menopause merupakan suatu masa ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan produksi estrogen yang mengakibatkan haid tidak muncul lagi. Hal ini dapat diartikan sebagai berhentinya kesuburan (Aqila, 2010 ).

B.       Aspek Fisiologis Menopause
Bersamaan dengan bertambahnya usia, maka wanita mengalami perubahan atau penurunan berfungsinya aspek fisiologis yang meliputi sistem-sistem panca indera, lokomosi, pembuluh darah, pernafasan, urogenitalitas, pencernakan, pertahanan tubuh dan sistem syaraf. Perubahan-perubahan ini dialami manusia secara bertahap.
Masa menopause ditandai dengan masa transisi kira-kira lima tahun dari berhentinya fungsi reproduksi, tetapi secara biologis menopause berarti berhentinya menstruasi. Pada umumnya wanita akan mengalami menopause antara usia 40 –55 tahun, walaupun ada beberapa perkecualian. Periode ini disebut sebagai periode klimakterium yang menggambarkan hilangnya kemampuan untuk reproduksi (menurunkan). Dengan berhentinya menstruasi berarti proses ovulasi atau pembuahan sel telur juga berhenti. Periode ini dianggap sebagai masa transisi atau peralihan ke masa tua, yaitu masa yang ditandai dengan berkurang dan menurunnya vitalitas manusia.
Menopause merupakan tahap akhir proses biologi yang dialami wanita berupa penurunan produksi hormon seks wanita yaitu estrogen dan progesteron pada indung telur. Proses berlangsung tiga sampai lima tahun yang disebut masa klimakterik atau perimenapouse. Disebut menopause jika seseorang tidak lagi menstruasi selama satu tahun. Umumnya terjadi pada usia 50-an tahun. Sebagaimana awal haid, akhir haid juga bervariasi antara perempuan yang satu dengan perempuan yang lainnya.

C.      Aspek Psikologis Menopause
Pada wanita yang menghadapi periode menopause, munculnya simtom-simtom psikologis sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisik-fisiologis sebagai akibat dari berkurang dan berhentinya produksi hormon estrogen. Menopause seperti halnya menarche pada gadis remaja (awal dari masaknya hormom estrogen), remaja ada yang cemas, gelisah tetapi ada juga yang biasa.
Pada perempuan yang mengalami menopause keluhan yang sering dirasakan antara lain: merasa cemas, takut, lekas marah, mudah tersinggung, suli konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna - tidak berharga, stres dan bahkan ada yang mengalami depresi.
Bagi wanita yang menilai atau menganggap menopause itu sebagai peristiwa yang menakutkan (stressor) dan berusaha untuk menghindarinya, maka strespun sulit dihindari. Ia akan merasa sangat menderita karena kehilangan tanda-tanda kewanitaan yang selama ini dibanggakannya. Sebaliknya bagi wanita yang menganggap menopause sebagai suatu ketentuan Allah (Sunnatullah) yang akan dihadapi semua wanita, maka ia tidak akan mengalami stres. Atau, kemungkinan stres yang dialami tidak seberat dibanding wanita yang mempersepsikan menopause itu sebagai “momok” atau “kiamat”.

D.      Mitos-Mitos tentang Menopause
Pada umumnya, pandangan dan penilaian wanita tentang menopause banyak dipengaruhi mitos atau keyakinan yang belum tentu benar, pada individu – masyarakat tentang menopause. Kebanyakan mitos atau kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat tentang menopause, begitu diyakini sehingga menggiring wanita untuk mengalami perasaan-perasaan negatif saat mengalami menopause. Perasaan negatif yang sering menyertai adalah tidak cantik lagi, tidak berharga, tidak dibutuhkan, munculnya gejala rasa takut, tegang, sedih , lekas marah, mudah tersinggung, gugup, stres dan depresi.
Ada wanita yang mengalami gangguan emosi – psikologi saat menghadapi dan mengalami menopause. Tetapi tidak berarti semua wanita pada masa mengalami gangguan emosi, karena sebenarnya bagaimana individu menanggapi suatu peristiwa itu sangat ditentukan oleh faktor kepribadiannya khususnya bagaimana ia mengintrepetasi atau menilai peristiwa tersebut.
Disamping itu wanita yang sangat mencemaskan menopause besar kemungkinannya karena ia kurang mempunyai informasi yang benar mengenai seluk beluk menopause. Oleh karena sosialisasi mengenai apa, bagaimana pencegahan dan pengatasan menopause sangat diperlukan masyarakat. Mengingat menurut data dari WHO tahun 2030 nanti diperkirakan ada 1,2 miliar wanita yang berusia di atas 50 tahun dan sebagian besar mereka tinggal di negara berkembang.

E.       Periode Menopause
Menurut (Prawirohardjo Sarwono, 2003) ada tiga periode menopause, yaitu:
1.        Klimaterium
Periode klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan pra menopause, antara usia 40 tahun, ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan relatif banyak.


2.        Menopause
Masa menopause yaitu saat haid terakhir atau berhentinya menstruasi, dan bila sesudah menopause disebut paska menopause bila telah mengalami menopause 12 bulan sampai menuju ke senium umumnya terjadi pada usia 50-an tahun.

3.        Senium
Periode paska menopause, yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik antara usia 65 tahun. Beberapa wanita juga mengalami berbagai gejala karena perubahan keseimbangan hormon. Bagian- bagian tubuh dapat mulai menua dengan jelas, tetapi kebanyakan wanita seharusnya tetap aktif secara fisik, mental, dan seksual sesudah menopause seperti sebelumnya. Menopause mulai pada umur yang berbeda pada orang-orang yang berbeda umur yang umum adalah sekitar 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an, sementara wanita-wanita lain mulainya menopause tertunda sampai umur 50-an.

F.       Tahap-Tahap dalam Menopause
Menurut (Prawirohardjo Sarwono, 2003) menopause di bagi dalam beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:
1.        Pra Menopause
Fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium. Gejala-gejala yang timbul pada fase pra menopause antara lain siklus haid yang tidak teratur, perdarahan haid yang memanjang, jumlah darah yang banyak, serta nyeri haid.



2.        Peri Menopause
Fase peralihan antara masa pra menopause dan masa menopause. Gejala-gejala yang timbul pada fase peri menopause antara lain siklus haid yang tidak teratur, dan siklus haid yang panjang.

3.        Menopause
Haid di alami terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh. Menurut Luciana (2005), keluhan-keluhan yang timbul pada menopause antara lain keringat malam hari, mudah marah, sulit tidur, siklus haid tidak teratur, gangguan fungsi seksual, kekeringan vagina, perubahan pada indera perasa, gelisah, rasa khawatir, sulit konsentrasi, mudah lupa, sering tidak dapat menahan kencing, nyeri otot sendi, serta depresi.


G.      Perubahan pada Masa Menopause
Perubahan bahan pada masa menopause adalah perubahan-perubahan yang bersifat drastis. Perubahan pada masa menopause itu menyangkut perubahan organ reproduksi, perubahan hormon, perubahan fisik, maupun perubahan psikologis. Seorang yang berada pada masa menopause, harus siap menjalani masa ini, karena masa menopause adalah masa peralihan, yang biasanya seseorang mengalami masalah pada masa transisi ini.
Menurut Bramantyo, L (2000), perubahan yang terjadi selama masa menopause adalah: 
1.        Perubahan Organ Reproduksi
Perubahan organ reproduksi disebabkan oleh berhentinya haid, berbagai reproduksi akan mengalami perubahan. Sel telur tidak lagi di produksi, sehingga juga akan mempengaruhi komposisi hormon dalam organ reproduksi.

2.        Perubahan Hormon
Sesuatu yang berlebihan atau kurang, tentu mengakibatkan timbulnya suatu reaksi pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah perubahan hormon estrogen yang menjadi berkurang. Meski perubahan terjadi juga pada hormon lainnya, seperti progesteron, tetapi perubahan yang mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh maupun organ reproduksi, juga psikis adalah perubahan hormon estrogen. Menurunnya kadar hormon ini menyebabkan terjadi perubahan haid menjadi sedikit, jarang, dan bahkan siklus haidnya mulai terganggu. Hal ini disebabkan tidak tumbuhnya selaput lendir rahim akibat rendahnya hormon estrogen.
3.        Perubahan Fisik
Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh pada masa menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan ini berupa keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

4.        Perubahan Emosi
Selain fisik perubahan psikis juga sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopause sangat tergantung pada masing-masing individu, pengaruh ini sangat tergantung pada pandangan masing-masing wanita terhadap menopause, termasuk pengetahuannya tentang masa menopause.

H.      Gangguan Psikologis pada Masa Menopause

1)        Depresi Menstrual
Depresi menstrual dalah keadaan yang pernah timbul pada masa adolesens yang kemudian hilang dengan sedirinya selama periode reproduktif (menjadi ibu) dan timbul lagi pada usia klimakteris. Pada saat ini sekalipun wanita tersebut tidak haid lagi, namun rasa depresif itu selalu saja timbul dengan interval waktu tidak tetap. Dan selalu tiba bersamaan dengan datangnya siklus haid.
Depresi merupakan manifestasi dari kepedihan hati dan kekecewaan bahwa wanita yang bersangkutan menjadi kurang lengkap dan sempurna disebabkan oleh berhentinya fungsi reproduksi dan haid.
Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan depresi menstrual yaitu:
a.         Dukungan Informatif
1)        Memberikan konseling khusus berhentinya haid adalah hal yang fisiologis dan akan dialami oleh semua wanita.
2)        Memberikan nasehat agar wanita tersebut mau dan menerima siklusnya.
3)        Memberikan nasehat agar dapat menerima keadaanya dengan lapang dada.
4)        Memberikan informasi agar selalu mengkomunikasikan setiap masalah atau perubahan yang terjadi pada suaminya.
5)        Memberikan nasehat untuk mencari lebih banyak tentang hal yang dihadapi melalui media cetak,  elektronik dan lain – lain.
6)        Memberi nasehat untuk mencari dukungan spiritual.
7)        Memberi contoh – contoh pengalaman positif tentang wanita menopause.
8)        Menganjurkan untuk berolahraga.
9)        Memberi latihan penanganan stress.
10)    Memberi nasehat untuk konsultasi ke dr. Obgyn atau psikolog bila perlu.

b.        Dukungan Emosional
1)        Mempunyai rasa empati terhadap hal yang dialami oleh wanita menopause.
2)        Melibatkan anggota keluarga terutama suami dalam memahami kondisi istrinya.
3)        Memberikan perhatian dan kepedulian kepada wanita tersebut. 
4)        Menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman, tenang, harmonis dan saling pengertian.
c.         Dukungan Penghargaan
1)        Memberi penghormatan sehingga wanita tersebut merasa dihargai.
2)        Memberi dorongan atau support sehingga wanita tersebut bisa percaya diri.

d.        Dukungan Instrumental
1)        Memberi bantuan tenaga terhadap apa yang dibutuhkan oleh wanita menopause.
2)        Memberi bantuan materi (yang diberikan keluarga).


2)        Masturbasi Klitoris
Banyak wanita yang dahulu selama masa produktif menjadi dingin-beku secara seksual, pada masa klimakteris ini tiba-tiba saja seksualitasnya menjadi hangat mebara lagi, dan ia menjadi sensitive sekali. Akan tetapi, ada juga wanita-wanita yang selama periode produktifnya memiliki seksualitas yang normal, justru pada usia klimakteris ini mereka menjadi beku dingin secara seksual.
Adakalanya pada wanita menopause timbul semacam seksual yang luar biasa hangat membara lagi ia sensitive sekali sehingga wanita tersebut melakukan masturbasi klitoris (onani kelentit).
Cara mengatasi gangguan psikologis masturbasi :
1)        Memberi nasehat untuk memenuhi kebutuhan sex secara sehat.
2)        Memberi nasehat untuk konsultasi ke ahli kebidanan untuk mendapat terapi.
3)        Memberi konseling bahwa wanita menopause bisa melakukan hubungan sex.
4)        Mengkomunikasikan masalah pada suami dan diharapkan suami mau membantu memecahkan masalah, mamberi dukungan kepada istrinya.

3)        Ide Delerius
Adalah ide yang berisikan kegilaan, nafsu-nafsu petualanganjika pada usia pubertas sudah pernah muncul predisposisi psiko somatis dan gejala psikis histeris, nafsu-nafsu petualangan dan gangguan psikis lain, maka pada usia klimakteris ini predisposisi dan gejala-gejala abnormal tadi akan muncul kembali. Biasanya gejala tersebut berisikan ide delirius (kegilaan).
Cara mengatasi gangguan psikologis tersebut yaitu dengan:
1)        Memberikan nasihat agar lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
2)        Memberikan nasihat mengembangkan pikiran-pikiran atau ide yang positif dalam kehidupannya.

4)        Aktifitas Hipomanis Semu
Aktifitas hipomanis semu adalah gangguan ini ditandai dengan seolah-olah wanita ini merasakan vitalitas hidupnya jadi bertambah. Ia merasa muda bagaikan gadis remaja dan selalu meyakinkan diri sendiri bahwa ia berambisi atau mampu memulai kehidupannya dari awal lagi. Wanita ini merasakan seolah-olah vitalitas kehidupannya jadi bertambah.
Cara mengatasi gangguan psikologis tersebut yaitu:
1)        Memberi nasehat agar aktifitas yang dilakukan dapat mengarah ke hal-hal yang positif contohnya berolahraga, menghadiri ceramah, dll dan mengisi waktu dengan kegiatan yang memperdalam kebudayaan atau bakat, misalnya melukis, dll.
2)        Mengisi kegiatan dengan memperdalam kebudayaan atau bakat.

5.        Infantile
Infantile pada masa menopause adalah sifat kekanak-kanakan yang timbul setelah puber kedua ini. Saat menopause muncul kembali ingatan masa kecil, keceriaan, harapan, permainan, lepas, gembira, asyik, dan masih banyak suasana kegembiraan yang menyertai. Pada masa menopause infantil ini rasa keinginan selalu ingin terpenuhi, layaknya seperti anak-anak.

6.        Insomnia
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur. Sejumlah faktor dikombinasikan dalam menopause mengganggu tidur. Tingkat hormon, masalah kesehatan, gaya hidup, dan ketegangan situasional semua berperan dalam hal ini.
Setelah usia 40 atau 45 tahun, wanita mungkin mengalami kesulitan untuk bisa tidur atau tetap tidur:
1)        Penurunan kadar hormon.
2)        Kemerahan dan berkeringat di malam hari.
3)        Depresi dan kecemasan.
4)        Masalah fisik lain seperti kesulitan bernapas, masalah tiroid, sakit dll.
5)        Penggunaan kafein, alkohol nikotin yang berlebihan, atau penggunaan beberapa suplemen.
6)        Masalah Sosial dan keluarga seperti orang tua yang sakit, perceraian, kekhawatiran pekerjaan, masalah keuangan dll.
7)        Berbagai obat-obatan digunakan untuk ketidaknyamanan fisik yang berbeda.
Untuk masalah ini, semakin wanita kehilangan tidur karena gejala menopause, gejala insomnia akan lebih jelas terjadi. Kemurungan akan menjadi lebih intens, kelelahan ekstrim menjadi umum.

7.        Gangguan konsep diri
Gangguan konsep diri adalah konsep diri negatif  yang akan cenderung membuat individu bersikap tidak efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal dan penguasaan lingkungan dalam masyarakat.
Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert ada lima tanda individu yang memiliki konsep dirinegatif, yaitu :
1)        Ia peka pada kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya, dan mudah marah dan naik  pitam.
2)        Orang yang memiliki konsep diri negatif, responsif sekali terhadap pujian, ia tidak dapatmenyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian.
3)        Memiliki sikap hiperkritis terhadap orang lain. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkanapapun dan siapapun. Mereka tidak mampu mengungkapkan penghargaan atau pengakuan padakelebihan orang lain.
4)        Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, dan ia bereaksi padaorang lain sebagai musuh sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan.


5)        Bersikap pesimis terhadap kompetisi
seperti ia enggan untuk bersaing dengan orang lain   dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.Ciri khas individu yang berkonsep diri negatif adalah ketidak akuratan pengetahuan tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai pemahaman atau pengetahuan yang kurang atau sedikitt entang dirinya, ia tidak sungguh-sungguh mengetahui siapa dia, apa kelebihan dan kekurangannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri negatif akan cenderung membuatindividu bersikap tidak efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal dan penguasaanlingkungan dalam masyarakat.
Cara mengatasi gangguan psikologi insomia,gangguan konsep diri dan infantile pada masa menopause adalah :
1)        Kembangkan kebiasaan tidur dan mentaatinya, membaca bacaan ringan, nonton TV, acara santai, musik yang menyenangkan.
2)        Makanlah jangan terlalu banyak/kemyang dan jangan kurang karena akan mengganggu tidur.
3)        Atur kenyamanan diri, pastikan ruangan jangan terlalu panas/dingin dan kamar harus bersih juga rapi.
4)        Dapatkan udara segar, jangan tidur dengan selimut menutupi kepala akan mengurangi oksigen dan menambah karbodioksida yang dihirup.
5)        Batasi minum/cairan setelah jam 16.00 karena akan bak waktu malam hari.
6)        Jernihkan pikiran, cobalah menyelesaikan masalah pada siang dan singkirkan semua kecemasan sebelum tidur.
7)        Menunda jam tidur dan tidak tidur siang.
8)        Mengerti dan menerima diri sendiri tulus ikhlas merupakan fitrah dari Tuhan.
9)        Aktifitas social dan agama dapat memberikan kepuasan batin, memperkaya iman dan memberikan rasa berserah diri kepada-Nya.
10)    Ketenangan dalam keluarga yaitu adanya pengertian dan dorongan anggota kelurga akan membantu mengurangi gejala yang timbul, terasa ringan dan membawa kebahagiaan.
11)    Pengobatan dengan esterogen dan kombinasi psikoterapi.

I.         Tanda-Tanda dan Gejala Menopause
Tanda dan gejela menopause mempunyai ciri-ciri khusus, baik tanda dan gejala menopause karena perubahan fisik maupun karena perubahan psikologis. Gejala-gejala menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih sedikit estrogen dan progesteron dan tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami sedikit gejala, sedangkan wanita lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan sampai berat. Hal ini adalah normal.
Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon, tetapi pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat. Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan ovarium (Proverawati, 2009).
Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala menopause (Aqila, 2010)
1.        Ketidakteraturan siklus haid
Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur. Perdarahan seperti ini terjadi terutama diawal menopause. Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan yang kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala peralihan.


2.        Gejolak rasa panas (hot flash)
Ini gejala klasik yang sekaligus menjadikan para wanita ketika mengalami menopause mendapatkan perawatan. Pada saat memasuki menopause wanita akan mengalami rasa panas yang menyebar dari wajah menyebar keseluruh tubuh. Rasa panas ini terutama terjadi pada dada, wajah dan kepala. Rasa panas ini sering diikuti timbulnya warna kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa ini sering terjadi selama 30 detik sampai dengan beberapa menit. Hal ini disebabkan karena hipotalamus dan terkait dengan pelepasan LH (Leutenizing Hormone). Diduga disebabkan adanya fluktuasi hormon estrogen. Seperti diketahui, pada masa menopause kadar hormon estrogen dalam darah menurun drastis sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Penurunan estrogen akan mengenai sistem alfa-adrenergik sentral yang selanjutnya berakibat pada pusat thermoregulasi dan neuron pelepas LH.

Sampai sekarang fenomena ini masih cukup menjadi misteri. Belum ada hasil riset mendetail membahas masalah ini. Rasa panas terkadang terjadi bahkan sebelum seorang wanita memasuki masa menopause. Gejala ini biasanya akan menghilang dalam 5 tahun. Berkas panas yang diderita ini biasanya berhubungan dengan cuaca panas dan lembab. Selain itu, juga berhubungan dengan ruang sempit, kafein, alkohol, atau makanan pedas. Hal yang menyusahkan wanita selain merasa panas dan muncul kemerahan di tubuhnya, juga keluarnya keringat pada malam hari. Hal ini menjadikan tidur terasa tidak nyaman.
Keluhan hot flushes mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan kadar estrogen yang rendah. Meskipun demikian, sekitar 25 % penderita masih mengeluhkan hal ini sampai lebih dari 5 tahun. Pemberian estrogen dalam bentuk terapi efektif dalam bentuk terapi dalam meredakan keluhan hot flushes pada 90 % kasus.

3.        Keluar keringat di malam hari
Keluar keringat di malam hari disebabkan karena hot flushes. Semua wanita akan mengalami arus panas ini. Arus panas mungkin sangat ringan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh orang lain. Mungkin hanya terasa seolah-olah suhu meningkat secara tiba-tiba sehingga menyebabkan kemerahan disertai keringat yang mengucur diseluruh tubuh anda. Arus ini tidak membahayakan dan akan cepat berlalu. Sisi buruknya adalah tidak nyaman tetapi tidak pernah disertai rasa sakit.

4.        Kekeringan vagina
Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis. Ini disebabkan karena penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu, juga muncul rasa gatal pada vagina. Yang lebih parah lagi adalah rasa sakit saat berhubungan seksual, dikarenakan perubahan pada vagina, maka wanita menopause biasanya rentan terhadap infeksi vagina. Intercourse yang teratur akan menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan rasa sakit pada saat kencing (Aqila, 2010).

5.        Perubahan kulit
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika mensturasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada sekitar wajah, leher dan lengan (Hurlock, 2002).

6.        Sulit tidur
Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam.

7.        Perubahan pada mulut
Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal.

8.        Kerapuhan tulang
Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis (kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur. Osteoporosis paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Kehilangan 1% tulang dalam setahun dapat akibat proses penuaan, tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya.

9.        Badan menjadi gemuk
Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause, rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan.

10.    Penyakit
Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause, dari sudut pandang medik ada 2 perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis).

11.    Linu dan nyeri otot sendi
Linu dan nyeri yang dialami wanita menopause berkaitan dengan pembahasan kurangnya penyerapan kalsium yang telah ditemukan sebelumnya.

12.    Perubahan pada indra prasa
Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan kepekaan pada indra pengecapnya. Sementara wanita yang memiliki riwayat penyakit gigi dan gusi, maka kemungkinan giginya akan lebih cepat tanggal ( Aqila, 2010).

Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala menopause (Aqila, 2010)
1.        Ingatan menurun
Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat.

2.        Kecemasan
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah di khawatirkan.

3.        Mudah tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mengganggu ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya.

4.        Stress
Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para lansia menopause. Di tingkat psikologis, respon orang erhadap sumber stress tidak bisa di ramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi.

5.        Depresi
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya.

J.        Mengatasi Gangguan Emosional pada Masa Menopause

1)        Menerima dengan lapang dada bahwa proses penuaan tidak dapat dihindari dan masa menopause adalah sesuatu hal yang sangat alamiah yang dialami oleh setiap wanita.
2)        Hadapi masalah yang ada satu persatu, jangan sekaligus, berdasarkan prioritasnya.
3)        Bagi perempuan yang energinya terpusat untuk anak dan keluarga, apabila ia memasuki masa Klimakterik dan menjelang Menopause : Perlu memeriksa kembali apa yang ingin dilakukan dalam hidupnya, selain menunaikan kewajibannya sebagai seorang ibu.
4)        Menyesuaikan sikap. Tanyalah pada diri sendiri, hikmah positif apa yang dapat dipelajari saat masa menopause harus dihadapi.
5)        Mencoba untuk memperbaiki penampilan agar lebih segar dan tampil cantik melalui gaya busana, gaya make up , atau potongan rambut yang sesuai dengan pribadinya
6)        Makanlah makanan yang sehat dengan kadar lemak yang rendah, berserat, berkalori dan berkadar kolesterol rendah dll
7)        Lakukan olah raga yang disesuaikan dengan usia dan kondisi kesehatan tubuh, karena riset membuktikan bahwa berolahraga secara teratur dan menjaga kebugaran dapat memperpanjang hidup, memberi dampak positif kepada otak, dan meningkatkan kemampuan mengatasi perasaan khawatir .
8)        Mempergunakan setiap waktu luang yang ada dengan melakukan banyak kegiatan yang positif dan kreatif.
9)        Pelajarilah dan berlatihlah secara teratur tehnik relaksasi yang tepat, tehnik-tehnik meditasi, yoga dll.
10)    Untuk mengatasi masalah pribadi dan lingkungan psikososialnya, perlu konsultasi dengan psikolog atau konsultasi ke dokter sesuai dengan keluhan yang diala








BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Menopouse merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi. Secara normal wanita akan mengalami menopause antara usia 40-50 tahun. Pada saat menopous wanita akan mengalamin perubahan- perubahan didalam organ tubuhnya yang disebabkan oleh bertambahnya usia. Menopous merupakan proses peralihan dari massa produktif menuju perubahan secara peralahan-lahan kemasa non produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan progesteron seiring dengan bertambahnya usia.
Sehubungan dengan terjadinya menopause pada lansia maka biasanya hal itu diikuti dengan berbagi gejolak atau perubahan yang meliputi aspek fisik maupun psikologis yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan si lansia tersebut. Fase menopous disebut juga sebagai fase klimakterium atau pergantian tahun yang berbahaya. Pada saat ini terjadi banyak perubahan dalam fungsi-fungsi psikis dan fisik, sedang vitalitasnya menjadi semakin mundur dan berkurang.

B.       SARAN
Dalam penulisan tugas ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan tugas kami atas kritik dan sarannya kami sampaikan terima kasi


DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali, 2003, Menopause dan Andropause, Edisi 1, Jakarta.
Aqila Smart. (2010). Bahagia di Usia Menopause. Yogyakarta : A Plus Books.
Bramantyo, L.(2000). Kiat Sehat dan Bahagia Diusia Menopause. Jakarta : Puspaswara
http://modulkesehatan.blogspot.com/2012/12/makalah-menopause.html. diakses pada tanggal 30 Mei 2015. 21.00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar