Cursor

Rabu, 03 Juni 2015

Diabetes Melitus dalam Kehamilan



BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2 % dari semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan gangguan toleransi glokusa,25%kemungkinan akan berkembang menjadi DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa yang akan dating, juga saat persalinan.
Diabetes Gestational merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi selama kehamilan tetapi dapat juga berlanjut meski sudah tidak hamil lagi. Pengendalian kadar glukosa darah adalah hal penting selama kehamilan. Menurut penelitian sekitar 40-60 persen ibu yang mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah persalinan. Disarankan agar setelah persalinan pemeriksaan gula darah diulang secara berkala misalnya setiap enam bulan sekali.
Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik. Akhir dari kehamilan penderita DM dapat dibuat lebih aman apabila ditangani dengan penatalaksanaan yang tepat, perawatan yang optimum meliputi inisiasi terapi intensif sebelum konsepsi. Pasien-pasien ini memerlukan diagnosis dan penatalaksanaan prenatal yang khusus.
Faktor risiko diabetes mellitus pada kehamilan adalah riwayat keguguran berulang, pernah melahirkan bayi yang beratnya sama dengan atau melebihi 4000 g, pernah mengalami preeklamsia (keracunan kehamilan), atau pernah melahirkan bayi mati tanpa sebab yang jelas atau bayi dengan cacat bawaan.
Selain itu yang juga merupakan faktor risiko adalah usia ibu hamil yang melebihi 30 tahun, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, serta pernah mengalami diabetes mellitus pada kehamilan sebelumnya.

B.  RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimanakah definisi dari Diabetes Melitus (DM) ?
2.    Bagaimanakah Diabetes Melitus Gestasionl (DMG)  ?
3.    Bagaimanakah Etiologi Diabetes Melitus Gestasional (DMG) ?
4.    Bagaimanakah Patofisiologi Diabetes Melitus Gestasional (DMG)?
5.    Bagaimanakah Gejala dan Tanda Diabetes Melitus Gestasional (DMG) ?
6.    Bagaimanakah Faktor Risiko Diabetes Melitus Gestasional (DMG) ?
7.    Bagaimanakah Komplikasi Diabetes Melitus Gestasional (DMG) ?
8.    Bagaimanakah Penanganan Diabetes Melitus Gestasional (DMG) ?
9.    Bagaimanakah Peran Bidan dalam Pencegahan Penyakit DMG ?

C.  TUJUAN
1.    Untuk mengetahui  definisi dari Diabetes Melitus (DM).
2.    Untuk mengetahui Diabetes Melitus Gestasionl (DMG).
3.    Untuk mengetahui Etiologi Diabetes Melitus Gestasional (DMG).
4.    Untuk mengetahui Patofisiologi Diabetes Melitus Gestasional (DMG).
5.    Untuk mengetahui Gejala dan Tanda Diabetes Melitus Gestasional (DMG).
6.    Untuk mengetahui Faktor Risiko Diabetes Melitus Gestasional (DMG).
7.    Untuk mengetahui Komplikasi Diabetes Melitus Gestasional (DMG).
8.    Untuk mengetahui Komplikasi Diabetes Melitus Gestasional (DMG).
9.    Untuk mengetahui Peran Bidan dalam Pencegahan Penyakit DMG.










BAB II
ISI

A.  Defenisi  Diabetes  Melitus (DM)
1.    Diabetes Melitus (DM)
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Yang paling sering terjadi yaitu: diabetes mellitus yang diketahui sewaktu hamil yang disebut DM gestasional dan DM yang telah terjadi sebelum hamil yang dinamankan DM pragstasi. Diabetes mellitus merupakan ganguan sistemik pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia atau peningkatan glukosa darah yang diakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler. (Bobak. Lowdermilk, Jensen.2004)

2.    Diabetes Melitus Pragestasi (DMP)
Diabetes pragestasi, artinya sudah diketahui diabetes mellitus kemudian hamil. Mereka tanpa komplikasi atau dengan komplikasi yang ringan. mereka dengan komplikasi berat, khususnya retinopati, nefropati dan hipertensi.Diabetes Pragestasi Adalah diabetes yang terjadi sebelum konsepsi dan terus berlanjut setelah masa hamil. Diabetes pragestasi dapat berupa diabetes tipe 1 (tergantung insulin) dan tipe II (tidak tergantung insulin), yang mungkin disertai atau tidak disertai penyakit vaskuler, retinopati, nefropati, dan komplikasi diabetic lainnya. Kondisi diabetogenik kehamilan pada sistem metabolic yang terganggu selama masa pragestasi memiliki implikasi yang signifikan. Adapun hormone yang normal terhadap kehamilan mempengaruhi kontrol glikemia pada pasien diabetic pragestasi. Kehamilan juga dapat mempercepat kemajuan komplikasi vaskuler diabetes. Selama trimester pertama, sementara kadar glukosa darah maternal dalam kondisi normal menurun, dan respon insulin terhadap glukosa meningkat, kontrol glikemia meningkat. Dosis insulin untuk klien diabetic yang terkontrol baik perlu disesuaikan untuk menghindari hipoglikemi. Episode hipoglikemia tidak umum terjadi pada klien diabetic tipe 1 selama awal kehamilan (Mayer, palmer, 1990)

3.    Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat dari faktor yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn, 2001).
Diabetes Melitus Gestasional adalah intoleransi terhadap karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahan atau pertama kali dikenali pada masa hamil. Diagnosis GDM ditegakkan tampa memperhatikan kebutuhan akan insulin atau kontrol diet atau apakah ada kemungkinan diabetes atau tidak, yang pasti belum pernah terdiagnosis sebelum kehamilan berlangsung (Varney, 2007)
Diabetes Mellitus Gestational adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Kehamilan yang disertai diabetes mellitus merupakan kondisi yang berisiko tinggi, oleh karena itu perlu penanganan dan pendekatan multidisiplin untuk mencapai hasil akhir yang baik. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan kepada wanita diabetik yang sedang hamil harus memahami respon fisiologis normal terhadap kehamilan dan perubahan metabolisme akibat diabetes, perawat juga harus mengetahui implikasi– implikasi psikososial kehamilan diabetik, sehingga ia dapat mengarahkan wanita yang sedang hamil dalam perencanaan pengimplementasian dan pengevaluasian terhadap wanita dan keluarganya.


B.  Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
Kehamilan yang disertai diabetes mellitus merupakan kondisi yang berisiko tinggi, oleh karena itu perlu penanganan dan pendekatan multidisiplin untuk mencapai hasil akhir yang baik. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan kepada wanita diabetik yang sedang hamil harus memahami respon fisiologis normal terhadap kehamilan dan perubahan metabolisme akibat diabetes, perawat juga harus mengetahui implikasi– implikasi psikososial kehamilan diabetik, sehingga ia dapat mengarahkan wanita yang sedang hamil dalam perencanaan pengimplementasian dan pengevaluasian terhadap wanita dan keluarganya.
Disebut diabetes gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan. dianggap diabetes mellitus (jadi bukan gestasi) bila gangguan toleransi glukosa menetap setelah persalinan. Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin. Diabetes melitus gestational adalah keadaan intoleransi karbohidrat dari seorang wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang hamil. Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan, diperkirakan karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa.
Teori yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai “unmasked” atau baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir mati, dan riwayat abortus berulang. Angka lahir mati terutama pada diabetes yang tidak terkendali dapat terjadi 10 kali dari normal.
Perubahan metabolic selama dan setelah masa kehamilan
Kehamilan normal dikatakan sebagai suatu kondisi diabetogenik, dimana kebutuhan akan glukosa meningkat. Metabolisme maternal mengalami perubahan untuk memastikan suplai glukosa yang adekuat dan konstan untuk perkembangan janin. Glukosa maternal ditransfer ke janin melalui proses difusi-difasilitasi. Insulin ibu tidak menembusd plasenta. Pada usia gentasi sepuluh minggu, janin meyekresi insulinnya sendiri dengan kadar yang adekutat, yang memungkinnya menggunankan glukosa yang diperoleh dari ibu.
Pada trimester pertama kehamilan, kadar glukosa ibu menurun dengan cepat dibawah kadar glukosa tidak hamil sampai antara 55 dan 65 mg/dl. Akibat pengaruh estrogen dan progesterone, pancreas meningkatkan produksi insulin, yang meningkatkan penggunaan glukosa. Pada saat yang sama, penggunaan glukosa oleh janin meningkat, sehingga menurunkan kadar glukosa ibu. Selain itu, trimester pertama juga ditandai dengan nausea, vomitus, dan penurunan asupan makanan sehingga kadar glukosa ibu semakin menurun dan selama tri mester kedua dan ketiga peningkatan kadar laktogen plasental human, estrogen, progesterone, kortisol,prolaktin, dan insulin meningkatkan resistansi insulin melalui kerjanya sebagai suatu antagonis. Resistansi insulin merupakan suatu mekanisme penghematan glukosa yang memastikan suplai glukosa yang berlimpah untuk janin. Kebutuhan ibu akan insulin meningkat sejak trimester ke II. Kebutuhan insulin dapat meningkat 2-4 kali lipat pada kehamilan cukup bulan.
Pada saat bayi lahir, lepasnya plasenta menyebabkan penurunan mendadak kadar hormone plasenta, kortisol dan insulin yang bersirkulasi. Ke jaringan maternal dengan cepat kembali peka terhadap insulin seperti pada periode sebelum hamil. Pada ibu yagn tidak menyusui bayi, keseimbangan insulin – karbohidrat prakehamilan biasanya dicapai kembali dalam sekitar 7-10 hari. Dalam laktasi, glukosa maternal digunakan sehinggu kebutuhan insulin ibu yang menyusui ibu tetap rendah selama 9 bulan. Setelah penyapihan berakhir, kebutuhan insulin ibu kembali ke kebutuhan insulinnya sebelum hamil.
C.  Etiologi Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
1.    Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.

2.    Genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
Secara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai defect fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut, hal itu didominasi defect fungsi sekresi yang disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria yakni karena proses produksi hormon insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative phosphorylation (OXPHOS) di dalam sel beta pankreas. Penderita DM proses pengeluaran insulin dalam tubuhnya mengalami gangguan sebagai akibat dari peningkatan kadar glukosa darah. Mitokondria menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). Pada penderita DM, ATP yang dihasilkan dari proses OXPHOS ini mengalami peningkatan. Peningkatan kadar ATP tersebut otomatis menyebabkan peningkatan beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam ATP. Peningkatan tersebut antara lain yang memicu tercetusnya proses pengeluaran hormon insulin. Berbagai mutasi yang menyebabkan DM telah dapat diidentifikasi. Kalangan klinis menyebutnya sebagai mutasi A3243G yang merupakan mutasi kausal pada DM. Mutasi ini terletak pada gen penyandi ribo nucleid acid (RNA). Pada perkembangannya, terkadang para penderita DM menderita penyakit lainnya sebagai akibat menderita DM. Penyakit yang menyertai itu antara lain tuli sensoris, epilepsi, dan stroke. Hal itu telah diidentifikasi sebagai akibat dari mutasi DNA pada mitokondria. Hal ini terjadi karena makin tinggi proporsi sel mutan pada sel beta pankreas maka fungsi OXPHOS akan makin rendah dan defect fungsi sekresi makin berat.
Prevalensi mutasi tersebut biasanya akan meningkat jumlahnya bila penderita DM itu menderita penyakit penyerta tadi.

3.    Kerusakan / kelainan pangkreas sehingga Kekurangan produksi insulin
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
4.    Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.

5.    Obat-obatan.
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas. Contohnya Minum soda dalam keadaan perut kososng (misalnya stelah berpuasa atau waktu bangun tidur dipagi hari) juga harus dihindari. Sirup dengan kadar fruktosa tinggi, soda, dan pemanis buatan yang terdapat dalam minuman soda dapat merusak pangkreas yang menyebabkan meningkatnya berat badan, jika kebiasaan ini diteruskan, lama kelamaan akan menderita penyakit DM. Penelitian membuktikan bahwa perempuan yang mengkonsumsi soda lebih dari 1 kaleng per hari memiliki resiko 2 kali terkena diabeters tipe 2 dalam jangka waktu 4 tahun kedepannya.



6.    Wanita obesitas
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan dan “jebol” sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya dan terjadilah DM. Sebagai akibat biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi DM berlebihan menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebihan pula.( Kapita Selekta Jilid III, 2006)

D.  Patofisiologi Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
Diabetes terjadi karena produksi insulin tidak ada atau tidak cukup, insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau langerhans di dalam pankreas, fungsi insulin adalah mengangkut glukosa kedalam sel, keberadaan sel bergantung pada jumlah glukosa yang masuk yang kemudian diubah menjadi energi, pada diabetes tidak terjadi kekurangan glukosa didalam darah, melainkan glukosa tak dapat diangkut kedalam sel tampa persediaan insulin yang cukup keadaan ini pada akhirnya akan mengakibatkan hiperglikemia.
Diabetes kehamilan dalam hal ini memiliki persediaan insulin akan tetapi perubahan hormon selama kehamilan akan mengubah kemampuan toleransi tubuh terhadap insulin. Pada kehamilan dini (sebelum usia 20 minggu), sel-sel sangat responsif terhadap insulin dan kadar glukosa di dalam darah akan lebih rendah dari biasanya hal ini juga menjadi alasan beberapa wanita hamil mengalami mual dan muntah jika tidak ada asupan makanan selama kurun waktu yang lama misalnya sepanjang malam.
Seiring perkembangan plasenta, produksi hormon kehamilan meningkat, terutama HPL. Peningkatan HPL akan meningkatkan resistensi sel terhadap insulin sehingga muncul kondisi diabetes. Efek puncak HPL terjadi pada usia kehamilan sekitar 26 minggu hingga 28 minggu dan waktu tersebut merupakan saat yang tepat untuk melakukan penapisan (Varney, Asuhan Kebidanan,2007)
Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah) diakibatkan karena Produksi  insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler.
Insulin-insulin yang diproduksi sel-sel beta pulau langerhans di prankeas bertanggung jawab mentranspor glukosa ke dalam sel. Apabila insulin tidak cukup / tidak efektif, glukosa berakumulasi dalam aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia  menyebabkan hiperosmolaritas dalam darah yang menarik cairan intarsel ke dalam sisitem vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah. Akibatnya ginjal menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk mengatur kelebihan volume darah  dan menyekresi glukosa yang tidak digunakan (gliousuria). Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa haus berlebihan (polidipsi). Penurunan berat badan akibat pemecahan lemak dan jaringan otot, pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar yang membuat individu makan secara berlebihan (polifalgia). Setelah jangka waktu tertentu, diabetes menyebabkan perubahan vaskuler yang bermakna. Perubahan ini terutama mempungaruhi jantung, mata dan ginjal. Komplikasi akibat diabetes mencakup aterosklerosis, premature, retinopati dan nefropati. Diabetes tipe I dan II biasanysa dikenal sebagai sindrom yang disebabkan oleh factor genetic.
Diabetes biasanya diwariskan sebagai sifat resesif, tetapi muncul sebagai sifat dominan pada beberapa keluarga. Pewarisan sifat genetik (genotip) diabetes mellitus tidak selalu berarti bahwa individu akan mengalami intoleransi glukosa diabetik (fenotip). Banyak individu yang memiliki genotip, tidak memperlihatkan satupun gejala diabetes sampai mereka mengalami satu atau lebih stressor atau faktor presipitasi. Contoh stressor tersebut adalah peningkatan usia, periode perkembangan normal, perubahan hormonal yang cepat, obesitas, infeksi, pembedahan, krisis emosi dan tumor atau infeksi pangkreas. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia.



E.  Gejala dan Tanda Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
Gejala umum yang dirasakan bagi penderita diabetes mellitus/kencing manis yaitu :
1.    Banyak kencing (polyuria) terutama pada malam hari
2.    Gampang haus dan banyak minum (polydipsia)
3.    Mudah lapar dan banyak makan (polyphagia)
4.    Mudah lelah dan sering mengantuk
5.    Penglihatan kabur
6.    Sering pusing dan mual
7.    Koordinasi gerak anggota tubuh terganggu
8.    Berat badan menurun terus
9.    Sering kesemutan dan gatal-gatal pada tangan dan kaki

F.   Faktor Risiko Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
1.    Riwayat obstetrik yang mencurigakan :
a)      Beberapa kali keguguran.
b)      Riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas.
c)      Riwayat pernah melahirkan bayi  4000 gram
d)     Pernah mengalami toxemia gravidarum
e)      Polihidramnion

2.    Riwayat ibu yang mencurigakan :
a)      Umur ibu hamil > 30 tahun
b)      Riwayat DM dalam keluarga.
c)      Pernah DMG pada kehamilan sebelumnya
d)     Obesitas.
e)      Berat badan ibu waktu lahir > 5 kg
f)       Infeksi saluran kemih berulang-ulang selama hamil.

3.    Bersifat keturunan

4.    Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.


G. Komplikasi Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
1.    Komplikasi Diabetes Gestasional pada Ibu
a)      Pre-eklamsia  (12%)
b)      Hipertensi kronik (10%)
c)      Ketoasidosis (8%)
d)     Polihidramion (18%)
e)      Persalinan preterm (8%)
f)       Kelahiran dengan bedah sesar (20-60%)
g)      Kedaruratan obstetric lain (hiperglikemia,koma)
h)      Penularan secara genetic (bayi dari ibu dengan diabetes  tipe 1 memiliki resiko mengalami diabetes sebesar 4-5%; bayi dari ibu dengandiabetes tipe 2 memiliki resiko mengalami diabetes sebesar 25-50%).

2.    Komplikasi Diabetes Gestasional pada Janin
Bayi dari ibu yang mengalami diabetes gestasional terpajan dengan  glukosa konsentrasi tinggi sehingga tumbuh lebih besar daripada janin lain atau dikenal dengsn makrosomia.
a)      Abnormalitas congenital                                                        
b)      Abortus spontan (2-3 x)                                     
c)      Ketoasidosis diabetic 50-90% mortilitas janin                      
d)     Pertumbuhan janin terhambat                                                
e)      Gugurnya janin dalam rahim pada usia gestasi lanjut            
f)       Makrosomia janin(dengan atau tanpa cedera lahir)   

g)      Pematangan organ tertunda :
1.      sindrom gawat nafas
2.      hipoglikemia neonates
3.      hipokalsemia neonates
4.      hipomagnesemia neonates
5.      polisetemia/hiperviskositas
6.      hiperbilirubinemia neonatus 40%

3.    Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan sebagai berikut:
a)    Pengaruh dalam kehamilan
1.      Abortus dan partus prematurus.
2.      Pre-eklampsi
3.      Hidramnion
4.      Kelainan letak
5.      Insufisiensi plasenta

b)   Pengaruh dalam persalinan
1.      Gangguan kontraksi otot rahim partus lama / terlantar.
2.      Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
3.      Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan lahir mati.
4.      Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
5.      Post partum mudah terjadi infeksi.
6.      Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan kematian.
7.      Distosia bahu karena anak besar.
8.      Lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio sesarea. Seksio sesaria merupakan penyakit persalinan yang paling sering ditemukan. Dari sebanyak 40 pasien DMG yang dipantau di klinik selama 3,5 tahun, Seksio sesaria dilakukan sebanyak 17,5 %.
9.      Angka kematian maternal lebih tinggi

c)    Pengaruh dalam nifas
1.      Infeksi nifas/infeksi puerperalis.
2.      Sepsis
3.      Menghambat penyembuhan luka jalan lahir.

d)   Pengaruh Diabetes pada Bayi
1.      Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus.
2.      Cacat bawaan terutama pada kelas D ke atas.
3.      Dismaturitas terutama pada kelas D ke atas.
4.      Janin besar (makrosomia) terutama pada kelas A-C.
5.      Kematian dalam kandungan (Intra Uterin Fetal Death), biasanya pada kelas D ke atas.
6.      Kematian neonatal. Di klinik yang maju sekalipun angka kematian dilaporkan berkisar antara 3-5 %.
7.      Kelainan neurologik dan psikologik dikemudian hari.

H.  Penanganan Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
Pengawasan sendiri kadar gula darah sangat dianjurkan pada wanita dengan diabetes dalam kehamilan.Tujuan utama monitoring adalah mendeteksi konsentrasi glukosa yang tinggi yang dapat menyebabkan peningkatan angka kejadian kematian janin. Selain monitoring, terapi diabetes dalam kehamilan adalah :
1.    Diet
Terapi nutrisi adalah terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes. Tujuan utama terapi diet adalah menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu dan janin, mengontrol kadar glukosa darah, dan mencegahterjadinya ketosis (kadar keton meningkat dalam darah). Penderita diabetes menurut Lokakarya LIPI/NAS (1968) dengan berat badan rata-rata cukup diberi diet 1200 – 1800 kalori sehari selama kehamilan. Pada wanita diabetes gestasional dengan berat badan normal dibutuhkan 30kkal/kg/hari.Pada wanita dengan obesitas (Indeks Massa Tubuh > 30 kg/m2) dibutuhkan 25 kkal/kg/hari.
Pola makan 3 kali makan besar diselingi 3 kali makanan kecil dianjurkan dalam sehari. Pembatasan jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan dalam sehari dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial (2 jam setelah makan).

2.    Olahraga
Bersepeda dan olah tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita dengan diabetes gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga, apabila terjadi kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga berguna untuk memperbaiki kadar glukosa darah.

3.    Pengobatan insulin
Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan dosis yang sama seperti sebelum kehamilan sampai didapatkan tanda-tanda perlu ditambah atau dikurangi. Terapi insulin direkomendasikan oleh The American Diabetes Association (1999) ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam setelah makan kadar gula darah < 120 mg/dl.

4.    Terapi Obstetrik
Pada penderita diabetes gestational yang tidak berat, dapat dikendalikan gula darah melalui diet saja,tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu dapat melahirkan secara normal dalam usia kehamilan 37 – 40 minggu selama tidak ada komplikasi lain. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan dengan insulin , maka sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini pada kehamilan 36-38 minggu terutama bila kehamilannya diikuti oleh komplikasi lain seperti makrosomia, preekalmpsia,atau kematian janin. Pengakhiran kehamilan lebih baik lagi dengan induksi (perangsangan)atau operasi Caesar.
Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko meningkat untuk mengalami diabetes tipe 2 setelah melahirkan. Kadar glukosa darah ibu harus diperiksa 6 minggu setelah melahirkan dan setiap 3 tahun ke depan. (diakses tanggal 23 september 2012).

I.     Peran Bidan dalam Pencegahan Penyakit (DMG)
Pada kasus ini bidan sangat berperan penting dalam pencegahan penyakit diabetes mellitus gestational, selain memberikan konseling bagi pasien, bidan juga berperan dalam mengevaluasi pemahaman pasien tentang aturan diet.
1.    Timbang berat badan pasien setiap kunjungan prenatal.
Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk untuk memutuskan penyesuaian kebutuhan kalori
2.    Mengkaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam.
Membantu dalam mengevaluasi pemahaman pasien tentang aturan diet
3.    Tinjau ulang dan berikan informasi mengenai perubahan yang diperlukan pada penatalaksanaan diabetic.
Kebutuhan metabolism dari janin dan ibu membutuhkan perubahan besar selama gestasi memerlukan pemantauan ketat dan adaptasi
4.    Tinjau ulang tentang pentingnya makanan yang teratur bila memakai insulin.
Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia
5.    Perhatikan adanya mual dan muntah khususnya pada trimester pertama.
Mual dan muntah dapat menyebabkan defisiensi karbohidrat yang dapat mengakibatkan metabolism lemak dan terjadi ketosis
6.    Kaji pemahaman stress pada diabetic.
Stress dapat mengakibatkan peningkatan kadar glukosa, menciptakan fluktuasi kebutuhan insulin.
7.    Tinjau ulang dan diskusikan tanda gejala kepentingan hipoglikemia dan hiperglikemia.
Hipoglikemia dapat terjadi secara cepat dan berat pada trimester pertama karena peningkatan penggunaan glukosa dan glikogen oleh ibu dan perkembangan janin. Hiperglikemia berefek terjadinya hidramnion.
















BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Diabetes mellitus gestasional adalah diabetes yang terjadi pada saat kehamilan, dan kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca persalinan. Diabetes Melitus Gestasional perlu penanganan yang serius, karena dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan dapat mengancam kehidupan janin kedepannya. sehingga perlu diberikan penatalaksaaan yang baik terhadap ibu hamil dengan Diabetes Melitus,  supaya tidak lagi terjadi berbagai komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan.

B.  SARAN
Kami berharap dengan makalah ini, semoga kita semua dapat mengerti bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan DM, dan paham bagaimana patofiologi yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami DM. sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan kebidanan.








DAFTAR PUSTAKA

BagusGdeManuaba Ida . 2009. Ilmu KandungandanKeluargaBerencanauntukPendidikanBidan. Yogyakarta: Buku Kedokteran EGC.
NugrahenyEsti, 2009. AsuhanKebidananPathologi, PustakaRihama.Yogyakarta.
PrawirohardjoSarwono, 2010. IlmuKebidanan. PT Bina PustakaSarwonoprawirohardjo. Jakarta.
http://harlindalinda.blogspot.com/2012/11/makalah-diabetes-melitus-gestasional.html. Diaksespadatanggal 11 April 2015. 19.00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar