Cursor

Jumat, 05 Juni 2015

bayi lahi tidak menangis

Bayi Lahir Tidak Menangis

Bayi Lahir Tidak Menangis Ayahbunda.co.id
Image by : Dokumentasi Ayahbunda
Tanya: Ketika lahir, bayi saya tidak menangis. Selain itu, refleks mengisapnya lemah dan gerakannya juga kurang aktif. Saat itu, usia kandungan isteri saya memang belum cukup bulan (8 bulan). Apakah secara medis ada istilah bayi muda?

Jawab: Salah satu penyebab bayi lahir tidak langsung menangis adalah kondisi prematur. Kondisi kehamilan atau persalinan terntentu memang dapat menerangkan penyebab mengapa bayi tidak langsung menangis. Refleks mengisap pada bayi yang lahir dengan usia kehamilan 34 minggu biasanya sudah normal (baik), sehingga seharusnya bayi juga sudah mempunyai refleks mengisap yang normal. Penyebab refleks mengisap yang lemah dan kurang aktifnya bayi, mungkin secara tak langsung berhubungan dengan tidak menangisnya bayi saat lahir dan prematuritasnya. Bil abayi tidak langsung menangis setelah lahir, biasanya mengalami kekurangan oksigen pad asaat dalam kandungan, saat persalinan atau saat adaptasi, sehingga menimbulkan keluhan, seperti refleks mengisap lemah dan bayi kurang aktif. Sebaiknya, ceritakan hal ini ke dokter anak yang menangani anak Anda. Sehingga jika perlu, dapat Anda lakukan stimulasi sendiri di rumah

penanganan asfiksia pada bayi baru lahir

Pengertian Dan Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

A. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)
B. Etiologi / Penyebab Asfiksia

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
  • Preeklampsia dan eklampsia
  • Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
  • Partus lama atau partus macet
  • Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
  • Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
  • Lilitan tali pusat
  • Tali pusat pendek
  • Simpul tali pusat
  • Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
  • Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
  • Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
  • Kelainan bawaan (kongenital)
  • Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :
  1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
  2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.
  3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
  • Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
  • Warna kulit kebiruan
  • Kejang
  • Penurunan kesadaran
D. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
(Wiknjosastro, 1999)
E. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :
  • Penafasan
  • Denyut jantung
  • Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
F. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
  1. 2 helai kain / handuk.
  2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
  3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
  4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
  5. Kotak alat resusitasi.
  6. Jam atau pencatat waktu.
(Wiknjosastro, 2007).
G. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
– Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
– Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
– Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.

2. Memulai pernafasan
– Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
– Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).

3. Mempertahankan sirkulasi
– Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
– Kompresi dada.
– Pengobatan
Detail Cara Resusitasi
Langkah-Langkah Resusitasi
  1. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
  2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.
  3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
  4. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
  5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.
  6. Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
    1. Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
    2. Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
    3. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10.
      1. 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
      2. 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.
      3. 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung.
      4. < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
      5. Kompresi jantung
Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara kompresi jantung :
a         Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi.
b        Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi.
7.   Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.
8.  Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.
9.  Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.
10.  Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.
11.  Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit.
12.  Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)
Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum.
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain :
– Alat pemanas siap pakai – Oksigen
– Alat pengisap
– Alat sungkup dan balon resusitasi
– Alat intubasi
– Obat-obatan
Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :
1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.
(Dari berbagai sumber)

cara mengatasi pegel leher

Cara mengatasi rasa pegal pada leher, pundak dan bahu

CARA MENGATASI PEGAL PADA PUNGGUNG 

 http://globalservise.blogspot.com/2011/01/cara-mengatasi-pegal-pada-punggung.html

ARTIKEL KESEHATAN

PERINGATAN KERAS Jangan pernah anda abaikan pegal-pegal di PUNGGUNG. Kenapa kami peringatkan ini?? karena rasa pegal di punggung itu sebenarnya ada kelainan pada tulang punggung, kondisi ini terjadi akibat otot yang bekerja keras menopang postur tubuh yang mengalami perubahan. Jika postur tubuh tidak segera di perbaiki rasa pegal akan berubah menjadi rasa nyeri hebat yang bisa di rasakan pada leher, punggung, bahkan juga kepala dan anggota tubuh lainnya. Dampaklain dari akibat ini juga sering kita rasakan seperti rasa kesemutan pada kaki maupun tangan saat kita beraktivitas.

Pegal di sekujur badan? Tentu tak seorangpun mau mengalaminya. Tetapi, gangguan ini biasa menimpa siapa saja, terutama buat kamu yang sedang baca blog ini yang pastinya sering mengahabiskan waktu berjam-jam duduk di depan computer, baik untuk kepentingan kerjaan ataupun hanya sekedar fun. Terkadang saat pekerjaan sedang menumpuk, punggung pegal setengah mati. Sangat menjengkelkan.

Ada beberapa cara untuk mengatasi ini semua diantaranya adalah

1. Mengatasi punggung pegal sambil duduk:

Duduk tegak dengan pandangan lurus ke depan. Letakkan kedua tangan di belakang kepala. Tarik nafas dalam-dalam sambil membusungkan dada. Tahan posisi ini selama 10 detik, ulangi tiga kali

2. Mengatasi punggung pegal sambil berdiri:

Dalam posisi berdiri tegak, ulurkan kelua tangan lurus ke belakang. Genggam kedua tangan lalu tarik ke atas sambil membusungkan dada. Tahan selama 10 – 15 detik, ulangi 2 -3 kali.

3. Mengatasi leher pegal

Duduk tegak, pandangan lurus ke depan, lalu gerakkan kepala ke kanan. Dengan tangan kanan, tarik kepala ke arah kanan secara perlahan untuk melenturkan otot-otot leher samping. Tahan posisi ini selama 10 detik dan ulangi 3 kali. Lakukan gerakan yang sama ke arah kiri.

 http://agusnizami.wordpress.com/2010/11/19/cara-menghilangkan-pegal-di-leher-dan-pundakbahu/

 Atau bisa juga dengan melakukan gerakan" refleksi
Gerakan-gerakannya sebagai berikut:


Gerakan 1
Peregangan pda otot-otot bahu dan leher
• Naikkan bahu ke arah telinga sampai terasa tekanan pada bahu dan daerah leher.
• Tahan selama 3-5 detik, kemudian rilekskan bahu ke bawah sampai posisi normal.
• Rasakan seolah-olah bahu menggantung ke bawah.
—————————————————————————————————————————————————————————————
Gerakan 2
Peregangan pada otot bahu samping, lengan atas, bagian belakang, leher.
• Dengan jari-jari teranyam di belakang kepala, usahakan kedua siku lurus ke samping dengan badan bagian atas tegak.
• Tariklah kedua tulang belikat saling mengarah sampai terasa adanya penarikan pada punggung bagian atas dan tulang belikat.
• Tahan selama 5 detik kemudian rileks.
—————————————————————————————————————————————————————————————-
Gerakan 3
Peregangan kedua bahu dan leher.
• Berdirilah atau duduk, kedua lengan menggantung di sisi badan.
• Gerakkan kepala ke samping ke salah satu sisi dulu, kemudian ke sisi lain.
• Kedua bahu tetap rileks ke bawah selama melakukan peregangan.
• Tahan 5 detik pada tiap sisi.
—————————————————————————————————————————————————————————————-

Gerakan 4
Peregangan pada bahu dan leher.
• Dengan menggunakan tangan kanan, secara perlahan tariklah lengan kiri ke bawah dan melintang di belakang punggung.
• Gerakkan kepala ke samping ke arah bahu kanan.
• Tahan selama 10 detik.
• Ulangi untuk sisi yang lain, rileks.
—————————————————————————————————————————————————————————————-
Gerakan 5
Peregangan pada otot trisep (lengan atas belakang), bahu atas, dan samping.
• Peganglah siku kiri dengan tangan kanan.
• Secara perlahan tariklah siku di belakang kepala sampai ada tekanan ringan peregangan terjadi pada bahu atau lengan atas (trisep).
• Tahan peregangan ringan selama 10 detik.
• Jangan terlalu kencang atau menahan napas.
• Lakukan pada kedua sisi tubuh.
—————————————————————————————————————————————————————————————-
Gerakan 6
Peregangan pada pinggang, pinggul samping, dan leher.
• Duduklah dengan kaki kiri dibengkokkan di atas kaki kanan.
• Letakkan tangan kanan di bagian luar dari paha kiri.
• Lakukan penekanan ke arah kanan dengan tangan.
• Waktu melakukan itu, pandanglah ke bahu kiri dan rasakan peregangannya.
• Tahan selama 5-10 detik, kemudian ganti ke arah lain.
• Bernapaslah perlahan-lahan.
—————————————————————————————————————————————————————————————-

Gerakan 7
Peregangan dada dan pinggang.
• Tempatkan kedua tangan tepet di bagian belakang dari pinggul, kedua siku ke belakang.
• Secara perlahan-lahan tekanlah ke depan.
• Secara perlahan-lahan angkatlah tulang dada ke atas sambil menahan peregangan.
• Tahan selama 10-15 detik.
• Bernapaslah dengan mudah.
• Dapat pula dilakukan sambil berdiri.
—————————————————————————————————————————————————————————————-
Gerakan 8
Peregangan paha bagian belakang dan punggung.
• Duduklah, berpeganglah pada bagian atas kaki kiri, tepat di atas dan belakang lutut.
• Secara perlahan-lahan tariklah kaki yang dibengkokkan ke arah dada.
• Tahan selama 10-15 detik.
• Ulangi untuk kaki yang satu lagi.

kesehatan kuku

Cek Kesehatan Dari Kuku

Cek Kesehatan Dari Kuku  Ayahbunda.co.id
Image by : -
Cek kuku adalah bagian dari pemeriksaan head to toe dalam pemeriksaan kehamilan, dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi adanya penyakit atau kekurangan zat gizi pada ibu hamil. Waspada bila kuku Anda:
  • Kedua ujung kuku pucat atau melengkung ke luar. Kemungkinan menderita anemia, kekurangan zat besi (Fe), vitamin C, asam folat, dan protein.
  • Kuku berubah menjadi lunak dan mudah patah. Kemungkinan mengalami kekurangan kalsium (Ca).
  • Kuku berwarna gelap. Tanda awal dari kekurangan vitamin B12.
  • Terlihat garis putih kecil pada lempengan kuku. Tanda awal dari kekurangan zat seng (Zn).
  • Bantalan kuku kering, rapuh, dan mudah patah. Tanda awal gangguan tiroid.
  • Kuku kuning dengan guratan kuning tua di dasarnya. Tanda dari gejala diabetes atau indikasi gangguan hati atau hepatitis, yang disebabkan adanya gangguan bilirubin pada  jaringan kulit.
  • Permukaan kuku menggelembung ke atas disertai warna pucat. Tanda dari kekurangan oksigen di darah atau tanda awal gangguan fungsi paru-paru.
  • Kuku sangat tebal. Tanda ada gangguan sirkulasi. Penyebabnya bisa berbagai jenis penyakit yang mengakibatkan terhambatnya aliran dari ke jaringan-jaringan tubuh, atau kerusakan pembuluh darah tepi. Contoh, penyakit diabetes, penyakit paru-paru kronis, dan kelainan darah. (me)

anemi pada bumil

Anemia Pada Ibu Hamil

asam-folat
1.    Pengertian
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney H, 2006).
Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah 35,00-45,00% (Mellyna, 2005).
Anemia dalam kandungan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr%. Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II (Sarwono P, 2002).

2.    Etiologi
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
  1. Kurang gizi (malnutrisi)
  2. Kurang zat besi dalam diit
  3. Malabsorpsi
  4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
  5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

3.    Patofisiologi
Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding plasma 30,00%, sel darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan sel darah merah atau anemia.
Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik, kedua perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang dapat menyebabkan anemia.
Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu (Setiawan Y, 2006).

4.    Tanda dan Gejala
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

5.    Klasifikasi
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
  1. Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. Pengobatannya adalah:
  • Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
  • Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1)  Hb 11 gr% : Tidak anemia
2)  Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3)  Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4)  Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
  • Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
1)  Asam folik 15 – 30 mg per hari
2)  Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3)  Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4)  Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.
  • Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
  • Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.

Kamis, 04 Juni 2015

Personal Hygiene pada Ibu Hamil

PERSONAL HYGIENE (KEBERSIHAN DIRI) PADA IBU HAMIL
A. Pengertian Personal Hygiene
· Hygiene adalah ilmu kesehatan.
· Hygiene perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka (Perry & Potter, 2006)
· Personal hygiene adalah kebersihan yang dilakukan untuk diri sendiri.
Kebersihan badan mengurangkan kemungkinan infeksi, karena badan yang kotor banyak mengandung kuman-kuman. Terutama Kebersihan diri pada masa hamil. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional seseorang. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan.
B. . Manfaat Personal Hygiene
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang
4. Mencegah penyakit
5. Menciptakan keindahan
6. Meningkatkan rasa percaya diri
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
1. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
2. Praktik social
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene
3. Status sosial-ekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya
4. Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
7. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
D. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hyiene
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
E. Jenis-Jenis Personal Hygiene
1. Perawatan gigi
Selama hamil, ibu perlu lebih menjaga kebersihan diri, karena dengan adanya perubahan hormonal, maka rongga mulut dan jalan lahir peka terhadap infeksi, ibu perlu mandi dan sikat gigi secara teratur, minimal 2 kali sehari. Kebersihan gigi dan mulut, perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual selama masa hamil dapat mengakibatkan perburukan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi.
Perawatan gigi perlu dalam kehamilan karena hanya gigi yang baik menjamin pencernaan yang sempurna. Caranya antara lain :
· Tambal gigi yang berlubang
· Mengobati gigi yang terinfeksi
· Untuk mencegah caries:
- Menyikat gigi dengan teratur, Sikat gigi minimal dua kali sehari/sehabis makan lalu bilas.
- Membilas mulut dengan air setelah makan atau minum apa saja
- Gunakan pencuci mulut yang bersifat alkali atau basa
- Menyikat gigi sebelum tidur penting.
- Ketika gosok gigi, perhatikan untuk membersihkan partikel makanan yang tersangkut diantara dan didalam celah antara gigi rata dibelakang, gigi geraham dan gigi geraham bungsu.
- Sikat dengan arah kebawah untuk gigi atas dan sikat kearah atas untuk gigi bawah.
- Gunakan gerakan melingkar. Bersihkan juga lidah dan bagian dalam gigi.
- Sikat gigi harus memiliki ujung bulu yang dapat kembali ke bentuk semula.
- Sikat harus dibilas bersih dan kering setelah dipakai.
- Tidak ada pasta gigi yang sempurna. Gunakan pasta gigi yang tidak mengandung bahan pengasah atau antiseptic yang kuat.
2. Mandi
Ø Mandi dianjurkan sedikitnya 2 kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan.
Ø Orang yang aktif berolahraga/ bekerja diluar hingga berkeringat disarankan untuk mandi setelah aktivitas.
Ø Gunakan sabun ringan secukupnya, spon mandi dapat digunakan untuk menggosok, atau gunakan penggosok punggung atau penggosok tumit jika tersedia.
Ø Bagian genital dan dubur harus dibersihkan karena pengeluaran alami pada area ini, jika dalam kondisi tidak higienis, dapat menyebabkan iritas dan infeksi.
Ø Bilas dengan bersih setelah memakai sabun.
Ø Keringkan badan dengan handuk bersih.
Ø Hindari berbagi sabun dan handuk dengan rekan kerja.
Ø Ganti dengan baju dalam yang bersih setelah mandi
Manfaat mandi:
· Merangsang sirkulasi
· Menyegarkan
· Menghilangkan kotoran yang harus diperhatikan:
- Mandi hati-hati jangan sampai jatuh
- Air harus bersih
- Tidak terlalu dingin atau tidak terlalu panas
- Gunakan sabun yang mengandung antiseptic
3. Perawatan rambut
· Cuci rambut minimal dua kali seminggu menggunakan sampo ringan, bilas dengan air bersih.
· Keringkan rambut setelah dicuci.
· Sisirlah rambut 3 hingga 4 kali sehari dengan sikat rambut berbulu lembut atau sisir bergigi jarang.
· Cuci sikat rambut atau sisir setiap kali anda mencuci rambut.
· Minyaki kulit kepala, sekali seminggu, atau sejam sebelum mencuci rambut
4. Payudara
Pemeliharaan payudara juga penting, puting susu harus dibersihkan kalau terbasahi oleh colostrum. Kalau dibiarkan dapat terjadi eczema pada puting susu dan sekitarnya. Puting susu yang masuk diusahakan supaya keluar dengan pemijatan keluar setiap kali mandi.
5. Perawatan vagina / vulva
Wanita yang hamil jangan melakukan irrigasi vagina kecuali dengan nasihat dokter karena irrigasi dalam kehamilan dapat menimbulkan emboli udara. Hal – hal yang harus diperhatikan adalah:
· Celana dalam harus kering
· Jangan gunakan obat / menyemprot ke dalam vagina
· Sesudah BAB / BAK dilap dengan lap khusus
Tips yang dapat dilakukan:
Jaga kebersihan daerah V (vagina/kemaluan) dengan baik.
· Bersihkan dan keringkan selalu bagian tersebut.
· Gantilah celana dalam lebih sering bila perlu.
· Pakailah celana dalam dari bahan katun, yang lebih mudah menyerap.
6. Perawatan kuku
· Memanjangkan kuku hanya jika anda menjamin kebersihan kuku. Kuku pendek mengurangi masalah.
· Jangan memotong kuku terlalu dekat dengan ujung kulit.
· Badan sehat mempunyai kuku sehat. Kuku rapuh/tak berwarna merah mengindikasikan kondisi kurang sehat atau adanya penyakit.
· Mengecat kuku terus menerus dapat menyebabkan keratin atau kuku robek.
Cara pembersihan kuku:
a. Rendam kuku dengan air hangat ± 2 menit. Sikatlah kuku dan beri sabun jika kotor
b. Keringkan dengan handuk
c. Kemudian lakukan pemotongan kuku
7. Mencuci tangan
Cuci tangan sesering mungkin, Karena dengan cuci tangan akan mencegah penyebaran kuman dan virus yang dapat menyebakan penyakit. Terutama ketika:
· setelah memegang daging mentah pada saat memasak,
· setelah menggunakan kamar kecil
· setelah memegang hewan peliharaan.
· sebelum atau sesudah melakukan aktivitas tertentu.
· Sebelum, selama & sesudah menyiapkan makanan
· Ketika batuk, bersin/ meniup hidung, dan berada didekat seseorang yang sedang sakit untuk mengontrol penyebaran kuman yang dapat menyebabkan pilek dan flu
· Ketika memasak/ membungkus makanan, mencegah makanan dari kerusakan dan mengurangi kontaminasi. Ketika menangani makanan jangan menggaruk/ memegang telinga, hidung, mulut, atau luka terbuka.
Cara mencuci tangan yang baik:
Ø Basahi tangan dibawah kran dan gunakan sabun batang/ sabun cair. Semua bagian tangan harus terkena air, semua permukaan kulit termasuk jari tangan, kuku dan bagian belakang telapak tangan digosok dengan busa sabun minimal 20 detik, bilas tangan dengan air
Ø Keringkan tangan dengan handuk bersih/ handuk disposable setelah mencuci.
Ø Handuk ditempat cuci tangan harus dicuci dan diganti setiap hari
Ø Untuk beberapa aktivitas lain, hand sanitizer tidak dapat menggantikan pencucian tangan. Mencuci tangan menggunakan hand sanitizer, dengan menuangkan sejumlah sanitizer ke telapak tangan, kemudian menggosok kedua tangan bersama hingga kering, pastikan telah mencakup semua permukaan tangan.

Kebutuhan Seksual pada Ibu Hamil

Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat penyakit seperti berikut ini.
·         Sering abortus dan kelahiran premature
·         Perdarahan pervaginam
·         Coitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir kehamilan
·         Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang karena dapat menyebabkan infeksi janin intra uteri
Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang sekarang, sebaiknya coitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu plasenta sudah terbentuk, serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil.
Pada umumnya coitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk kedalam rongga panggul, coitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan.
Sebagian perempuan takut melakukan hubungan seksual saat hamil. Beberapa merasa gairah seksualnya menurun karena tubuh mereka melakukan banyak penyesuaian terhadap bentuk kehidupan baru yang berkembang di dalam rahim mereka. Sementara di saat yang sama, gairah yang timbul ternyata meningkat. Ini bukan kelainan seksual. Memang ada masanya ketika ibu hamil mengalami peningkatan gairah seksual.
1.      Kebutuhan Seksual pada Tiap Trimester
Trimester pertama: minat menurun pada trimester (3 bulan) pertama, biasanya gairah seks menurun. Jangankan kepingin, bangun tidur saja sudah didera morning sickness, muntah, lemas, malas, segala hal yang bertolak belakang dengan semangat dan libido. Fluktuasi, kelelahan, dan rasa mual dapat menghisap semua keinginan untuk melakukan hubungan seks.
Trimester kedua: minat meningkat (kembali) memasuki trimester kedua, umumnya libido timbul kembali. Tu buh sudah dapat menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan sehingga ibu hamil dapat menikmati aktifitas dengan lebih leluasa dari pada di trimester pertama. Kehamilan juga belum terlalu besar dan memberatkan seperti pada trimester ketiga. Mual, muntah, dan segala rasa tidak enak biasanya sudah jauh berkurang dan tubuh terasa lebih nyaman. Demikian pula untuk urusan ranjang. Ini akibat meningkatnya pengaliran darah ke organ-organ seksual dan payudara.
Trimester ketiga: minat menurun lagi libido dapat turun kembali ketika kehamilan memasuki trimester ketiga. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegel di punggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual, itulah beberapa penyebab menurunnya minat seksual. Tapi jika termasuk yang tidak mengalami penurunan libido di trimester ketiga, itu adalah hal yang normal, apalagi jika termasuk yang menikmati masa kehamilan.
2.      Bahaya Melakukan Hubungan Seksual pada ibu hamil
Hal diatas berlaku bila selama kehamilan tidak ada masalah, namun bila kehamilan berisiko seperti:
a. Ancaman keguguran atau riwayat keguguran, akan berisiko terjadi keguguran berulang
b. Plasenta letak rendah (ari-ari tertanam di segmen bawah rahim),
c. khawatir terjadi perdarahan hebat saat hubungan seksual Riwayat kelahiran prematur, ini juga mengancam terjadinya persalinan sebelum waktunya.
d. Keluar cairan ketuban, bila ketuban sudah keluar berarti selaput ketuban yang berfungsi sebagai pelindung janin dari kuman yang ada di daerah vagina robek, akibatnya hubungan seksual akan mengantarkan kuman di vagina ke dalam rahim melalui sel-sel sperma, risikonya dapat menyebabkan infeksi pada janin
e. Penyakit hubungan seksual (PHS),seperti: GO, siphilis, HIV/Aids, dll.
Suami atau istri yang sedang hamil atau tidak hamil bila menderita penyakit ini sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual, sampai benar-benar sembuh berdasakan penilaian dan pemeriksaan dokter yang ahli dalam bidangnya.Bila hubungan seksual tidak dapat di hindari sebaiknya menggunakan kondom. Dampak yang paling ditakuti bukan saja penularan ke janin, namun penularan ke pasangan juga.
3.      Waktu yang Disarankan Untuk Membatasi Melakukan Hubungan Seksual
a. Setiap kali terjadi perdarahan yang tak diketahui sebabnya.
b. Selama trimester pertama, bila wanita punya riwayat keguguran atau ancaman keguguran atau menunjukkan tanda-tanda ancaman keguguran.
c. Selama 8-12 minggu terakhir, bila wanita punya riwayat keguguran atau ancaman keguguran atau menunjukkan tanda-tanda ancaman keguguran.
d. Bila membran amnion (selaput ketuban) pecah.
e. Bila terjadi plasenta previa (plasenta terletak di dekat atau di atas leher rahim), sehingga dapat keluar terlalu dini pada hubungan seksual, menyebabkan perdarahan dan mengancam ibu serta janinnya.
f. Selama trimester akhir pada kehamilan kembar.
4.      Posisi Hubungan Seks yang disarankan Untuk Wanita Hamil
a. Pria di atas tapi ia miring ke salah satu sisi atau bertahan dengan lengan, agar berat badannya tak menekan wanita.
b. Wanita di atas tapi hindari penetrasi yang dalam.
c. Pria duduk di kursi atau tempat tidur dan wanita berada di atasnya. Selain tak membebani kehamilan, posisi ini juga memudahkan wanita mengatur irama hubungan sekaligus mengurangi tekanan di dinding rahim.
e.  Pria-wanita berbaring menghadap satu arah dengan posisi wanita di depan pria. Penetrasi dilakukan pria dari belakang.
f. Wanita dalam posisi lutut-siku (menungging). Penetrasi dilakukan pria dari belakang.
g.  Hubungan Seks Gaya koboi
Posisinya, ibu berada di atas tubuh suami, tapi dengan wajah membelakangi wajah suami. Ibu layaknya penunggang kuda yang siap menyentak “kuda liar” suami.
h. Hubungan Seks Posisi Membelakangi
Dengan posisi berdiri, tubuh ibu berada di depan suami di mana kedua kakinya terbuka di antara kaki ibu. Jadi, ketika merasakan penetrasi, ibu bisa menyelipkan kedua kaki dan memanfaatkan posisi yang menurut ibu tepat.
5.      Rambu – Rambu dalam Melakukan hubungan seksualitas pada Ibu Hamil
Berikut rambu-rambu yang perlu Anda ketahui untuk melakukan seks yang aman ketika hamil :
– Posisi woman on top atau menyamping adalah posisi yang nyaman untuk wanita hamil.
- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil.
-  Penggunaan benda asing di sekitar vagina atau alat bantu seks, sebisa mungkin dihindari.
-  Rasa pengertian, empati, kreatifitas dan humor adalah aspek yang sebaiknya ada ketika melakukan hubungan seksual pada saat kehamilan.
-   Kapan pun, ibu hamil berhak mengatakan ’Tidak’
- Jika kehamilannya memiliki resiko tinggi, penetrasi dan orgasme sebaiknya dihindari sampai dokter menyatakan aman. Rangsangan melalui puting juga harus dihindari pada kondisi kehamilan seperti ini.
-   Hindari penetrasi jika air ketuban bocor atau pecah.
- Kontak seksual dalam bentuk apa pun harus dihindari jika ibu hamil atau pasangannya telah terkontaminasi atau terkena virus HIV. Gunakan kondom jika memang tetap ingin melakukan aktivitas seksual.
6.      Memahami Hubungan Seksualitas pada Ibu Hamil
Menurut ahli andrologi dan seksologi, Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Hubungan seksual  selama hamil tetap boleh dilakukan. Tapi, pada 3 bulan pertama kehamilan, sebaiknya frekuensi hubungan seksual tak dilakukan sesering seperti biasanya. Pasalnya, jika hubungan seksual dipaksakan pada masa 3 bulan pertama usia kehamilan, dikhawatirkan bisa terjadi keguguran spontan.
Selain 3 bulan pertama kehamilan, pasangan sebaiknya juga lebih berhati-hati dalam melakukan hubungan seksual pada saat 3 bulan menjelang waktu melahirkan. Sebab, menurut Wimpie, dikhawatirkan  terjadi kelahiran dini. Selain itu, keguguran juga bisa terjadi akibat kekejangan otot Rahim. Kekejangan otot Rahim bisa terjadi karena benturan, misalnya karena jatuh. Disisi lain,kekejangan otot Rahim juga bisa terjadi karena hubungan seksual. Tak jarang, wanita yang tengah hamil mengalami perdarahan setelah berhubungan badan.
Saat usia kehamilan mendekati waktu melahirkan, pada umumnya dorongan seksual wanita akan hilang. Pasalnya, saat itu sudah mulai timbul rasa sakit di Rahim, serta semakin besarnya beban yang di pikul karena kehamilan yang semakin besar.
Faktor lain yang juga patut mendapat perhatian adalah perlunya mengatur posisi hubungan. Apalagi jika wanita sedang dalam kondisi hamil tua. Perut yang semakin membuncit tentu tak bisa lagi memberi keleluasaan bagi wanita untuk melakukan hubungan seksual dalam berbagai posisi.
Ada sebagian orang berteori, hubungan seks pada usia kehamilan tua akan mempermudah kelahiran karena pada saat itu terjadi kekejangan pada otot Rahim. Yang terjadi ialah pria mengalami ejakulasi dan sperma masuk ke vagina. Di dalam sperma terdapat prostaglandin, yakni hormone yang bisa menimbulkan kontraksi.  Bagian dari prostaglandin ini memang bisa menyebabkan kekejangan otot Rahim meski kontraksinya tak cukup besar untuk menimbulkan kekejangan. Justru kekejangan lebih sering dan lebih kuat karena orgasme.
Bagi sebagian wanita, kehamilan justru meningkatkan dorongan seksual. Sebagian lainnya tidak berpengaruh sementara, bagi wanita yang lain, kehamilan justru menekan atau menurunkan dorongan seksual.
Hubungan seksual harus di batasi jika terjadi hal-halberikut ini :
1.      Setiap kali terjadi perdarahan yang tidak diketahui sebabnya
2.      Selama trimester pertama, bila wanita punya riwayat keguguran atau ancaman keguguran atau menunjukan tanda-tanda ancaman keguguran.
3.      Selama 8-12 minggu terakhir, bila wanita punya riwayat keguguran atau ancaman keguguran atau menunjukan tanda-tanda ancaman keguguran
4.      Bila membrane amnion (selaput ketuban) pecah.
5.      Bila terjadi plasenta previa (plasenta terletak di dekat atau di atas leher rahim), sehingga dapat keluar terlalu dini pada hunbungan seksual, menyebabkan perdarahan dan mengancam ibu serta janinya
6.      Selama trimester akhir pada kehamilan kembar.
 
 
http://diyahhalsyah.blogspot.com/search/label/KEBUTUHAN%20SEKSUAL%20PADA%20IBU%20HAMIL. diakses pada tanggal 4 Juni 2015